Produktif

Menjadi lebih produktif adalah idaman banyak orang. Termasuk saya. Ingin rasanya terus berkarya diusia 40 an ini.

Pokoknya pingin banget lebih produktif di usia berapapun nantinya. Ya itu niat baik. Saya sadar bahwa niat baik harus terus dijaga, dipertahankan dan diperjuangkan.

Ini menjadi sangat penting, agar tujuan mulia untuk bisa bermanfaat ke “lebih banyak orang” bisa terus diperjuangkan, diwujudkan.

Kamu juga kan?

Misalnya deh. Tempo hari saya sudah berniat, … Saya mau rajin menulis dan menerbitkan satu artikel, setiap pagi. Kalau tidak bisa, setidaknya satu hari satu artikel diterbitkan di blog ini. Prinsipnya, membuat artikel rutin yang bermanfaat dan bisa membantu banyak orang.

Faktanya, untuk bisa lebih produktif tidak semudah yang direncanakan. Butuh konsistensi. Butuh perjuangan. Dan banyak gangguan.

Ada gangguan sedikit saja, hasrat menulisnya langsung ambayar. Niatnya gampang banget melemah. Itulah faktanya.

Usia di atas 40 tahun ternyata bukan makin santai. Tapi saya merasa sebaliknya. Makin banyak bentuk tanggung jawab yang sifatnya darurat.

Ujug-ujug (baca tiba-tiba) ada pekerjaan yang harus segera diselesaikan. Walaupun bukan saya sendiri yang mengerjakan, setidaknya saya butuh untuk terlibat. Harus diawasi lebih, walapun tidak secara langsung.

Sebelum mengurai lebih dalam berikut ini saya kutip apa arti kata produktif itu.

Produktif adalah?

Produktif adalah bersifat atau mampu menghasilakan (dalam jumlah besar/banyak). Mendatangkan (memberi hasil, manfaat, dan sebagainya); menguntungkan. Mampu menghasilkan terus dan dipakai secara teratur untuk membentuk unsur-unsur baru

Itu penjelasan dari KBBI, arti kata produktif.

Penyebab tidak Produktif dan Cara Mengatasinya

Kadang saya terlihat sangat sibuk sekali, padahal sebenarnya, saya tidak sedang melakukan apa-apa. Aneh kan?

Saya sudah mengantongi beberapa hal yang mempengaruhi, kenapa tidak produktif. Sekaligus saya jawab sendiri, bagaimana saya mengatasinya agar bisa lebih produktif dikemudian hari. Berikut ulasannya:

1. Terlalu Banyak Fokus

Masalah:

Ya! saat ini saya sedang kebanyakan fokus.

Ini bukan hanya tentang Dimulti saja. Perencanaan, pengembangan sumber daya manusia dan jenis usaha lainnya yang juga membutuhkan perhatian khusus.

Cara mengatasinya:

  • Cara pertama adalah dengan menggunakan cara sederhana. Yaitu dengan menerapkan menejemen skala prioritas. Kerjakan yang paling darurat dahulu, kemudian yang kurang urgent, baru yang biasa, lalu begitu seterusnya. Walaupun kadang hampir semua bersifat darurat, tetapi harus ditetapkan dan dipilih mana yang super darurat.
  • Cara yang kedua yaitu dengan memiliki atau menambah asisten pribadi, yang bisa membantu untuk mengerjakan hal-hal yang sifatnya tidak fundamental.

Mengontrol unit bisnis, perusahaan lebih dari satu ternyata bikin kita kurang produktif. Selain itu, terlibat secara langsung dalam perencanaan, pengembangan usaha dan juga pengembangan sumber daya manusia juga sangat berpengaruh terhadap produktivitas.

2. Gaduh / Bising

Masalah:

Kebisingan.

Jenis pekerjaan yang memerlukan konsentrasi tinggi, akan terpengaruh dengan suasana yang tidak kondusif. Tempat kerja yang gaduh/bising sangat berpengaruh terhadap produktivitas. Termasuk jenis kegiatan / pekerjaan yang saya lakoni.

Tempat saya beraktivitas, saat ini sedang dilakukan pekerjaan renovasi. Walapun bukan renovasi totaI, tetapi suasanannya sangat berisik. Gaduh. Suara mesin bobok, mesin bor, alat potong marmer dan suara-suara lainnya yang gak perlu ditulis.

Ini sudah berjalan lebih dari 1 bulan. Dari awal Oktober kemarin. Estimasi bisa terselesaikan paling cepat 3 bulanan. Mudah-mudahan bulan Januari sudah kelar.

Cara mengatasinya:

Apanya yang harus diatasi? Gak ada. Yang bisa, hanya diminimalisir saja kegaduhannya. Coba menerapkan bekerja sambil menggunkan penutup telinga. Tutupi kuping dengan headset.

Ini juga bukan solusi terbaik. Ya nikmati saja prosesnya. Nanti kalau sudah tidak bising, bolehlah lebih giat kejar setoran. Dengan kondisi ini, Cara saya mengatasi ketidakproduktivan saya yaitu dengan kembali ke poin nomor 1.

Yaitu menerapkan skala prioritas. Memilih jenis pekerjaan yang bisa dilakukan dengan kegaduhan.

Misalnya: Sembari mengawasi para tukang-tukang itu bekerja, kita bisa melihat cara tukang marmer memotong dan memasang marmer.

Perencanaan Kurang Matang

Masalah:

Perencanaan belang benthong, kurang maksimal.

Sejak awal pandemi (Covid-19), kita berusaha semaksimal mungkin, untuk patuh dengan protokol kesehatan. Ini sangat penting dilakukan. Kita harus mendukung program baik pemerintah dalam mengendalikan virus ini.

Nyatanya ada jenis kegiatan yang memang idealnya dilakukan dengan cara tatap muka. Dengan begitu ada perencanaan yang sedikit terhambat. Ini wajar terjadi. Toh kita tidak sendirian yang mengalami.

Banyak perusahaan tumbang. Tidak sedikit juga yang menjadi korban PHK. Bersyukur, saya berkegiatan dengan jenis usaha yang boleh bergerak thimik-thimik. (thimik-thimik, baca pelan-pelan)

Cara Mengatasinya:

Alhamdulillah. Saat ini sudah ada sedikit pelonggaran. Kita bisa melanjutkan perencanaan dan melakukan pekerjaan dengan bertatap muka. Walaupun terbatas. Ini sinyal bagus buat kegiatan kita bersama.

Meningkatkan rasa syukur. Ini adalah cara paling ampuh untuk melejitkan kondisi, agar lebih baik lagi.

Apakah Anda memiliki pengalaman “merasa sibuk sekali tetapi sejatinya tidak sedang melakukan apa-apa?”

Silahkan ditambahkan tips Anda agar lebih produktif, melalui kolom komentar yang ada. (un)

Tinggalkan komentar